"MOHON MAAF ATAS KETERBATASAN. KARENA WEB-BLOG MASIH DALAM PENGEMBANGAN" Terima Kasih...

Cerpen

“Dilema Cinta”

Malam itu, Ari telah bersiap-siap memberikan kejutan pada kekasihnya yang bertepatan dengan hari ulang tahun sang gadis. Dengan sebuah kue Tar lengkap dengan lilin putih di atasnya yang membentuk angka 23 telah siap untuk dinyalakan. Selain itu sebuah kado istimewah dari hasil jeripayahnya beberapa bulan yang lalu akan menjadi hadiah terindah buat kekasih hatinya. Jam telah menunjukan pukul 22.00 malam, namun kedatangan Cinta pada tempat yang telah direncanakan dalam suratnya kepada Cinta beberapa hari yang lalu belum kunjung datang. Walau tubuhnya telah mengigil dan bibirnya tak henti-hentinya bergetar, namun dengan sabar Ari terus  bertahan pada dinginnya malam menunggu kedatangan kekasihnya disebuah taman kecil yang penuh dengan kenangan indah mereka. Setelah sejam lamanya Ari menunggu, tiba-tiba sosok wanita separu baya muncul dari balik kegelapan malamdan berlahan mendekatinya.Alangkah kagetnya, ketika mengetahui yang menghampirinya itu adalah Ibu dari Cinta kekasihnya.

“Kok Tante bisa ada disini? Cinta mana…???”. Tanya Ari dangan keheranan.“Oh Cinta sekarang lagi di rumah. Tante ke sini karena ada sesuatu yang ingin tante bicarakan dengan Ari…”.Jawab wanita itu.Ari dan wanita itu pun duduk pada sebuah bangku panjang yang tak jauh dari mereka. “Begini Nak..tante mengerti perasaan Ari pada anak Tante. Tapi malam ini tente sangat memohon pada Ari, untuk bisa tinggalkan Cinta dan lupakan dia untuk selama-lamanya…”.Ucap Wanita itu.“Maksud tante apaan?”.Tanya Ari dengan raut muka yang semakin bingung.“Cinta akan tante jodohkan dengan anak dari teman tante.Namanya Agus Drajad, dia seorang pengusaha muda yang sukses. Tante harap Ari bisa mengerti akan keputusan tante saat ini. Semua yang tante lakukan ini demi kebahagiaan Cinta nanti”.Ucap wanita itu.setelah mengatakan maksud kedantangannya, wanita itu pun bergegas meninggalkan Ari sendiri yang masih duduk dan diam tanpa kata. Hati dan pikiran Ari bergejolak, seakan tak percaya dengan apa yang Ia dengar beberapa saat yang lalu, namun itu adalah akhir kisah cintanya bersama Cinta yang telah menjadi tempatnya untuk berbagi selama dua tahun.

Seminggu kemudian…..

Wajah Ari terlihat sangat pucat, Kenangan-kenangan indah bersama Cinta, terus saja muncul dalam benaknya, bagai slaid yang terus bergantian  tanpa henti. Semakin Ia berusaha melupakan Cinta, semakin itu pula wajah Cinta menghantui dalam kesendiriannya. Ari yang dikenal dengan sosok laki-laki humoris, berubah 180 derajat.Ia lebih banyak diam. Tidak seperti sosok Ari yang sangat dikenal oleh Dewi sahabat karipnya. “Ri..Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam. Berbeda dengan Ari yang Aku kenal selama ini…”.Ucap Dewi yang tengah berada di kost-kostsan Ari. Namun pemuda itu tidak sedikitpun menggubris apa yang ditanyakan oleh sahabatnya itu. “Kamu ada masalah dengan Cinta? Cerita dong…Aku kan sahabat kamu…”.Ucap Dewi lagi.pemuda itu masih tetap diam seribu bahasa, entah apa yang ada dalam benaknya saat itu. “Okey kalau kamu masih juga tidak mau bicara. Mending Aku balik aja, dari pada sini Aku seperti orang gila, bicara sendiri…”.Ucap Dewi dengan raut muka yang menampakkan kekecewaan.Beberapa saat kemudian Dewi meninggalkan kost-kostsan Ari menggunakan mobil miliknya.Dalam perjalanannya kerumah, Dewi teringat pada Cinta, kekasih Ari yang juga sahabatnya sejak kecilnya. Dewi pun memacu  kendaraannya menuju kediaman Cinta. Sesampainya dirumah Cinta, Dewi menceritakan semua perubahan yang terjadi pada Ari. Setelah mendengar semua cerita Dewi tentang Ari, Cinta hanya bisa diam, air matanya tumpah dan mengalir menelusuri kulit pipinya yang putih dan bersih. Dewi memberikan pundak kirinya untuk dijadikan sandaran kepala sahabatnya itu sambil menenangkannya.“Ternyata dugaanku benar, perubahan Ari saat ini ada kaitannya dengan Cinta. Tapi apa sebabnya?”.Tanya Dewi dalam hati. “Cin…sebenarnya apa yang telah terjadi pada kalian berdua??”. Tanya Dewi. Beberapa saat berlalu dengan kebisuan Cinta.Dengan selembar tissue yang di berikan oleh Dewi, Cinta membersikan air matanya sambil berusaha untuk bisa menguasai emosinya yang tidak lagi stabil saat itu.setelah merasa tenang, Cinta menghelai nafas panjang dan mulai menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi antara dia dan Ari.

“Apa…??? Jadi Ibu kamu telah menjodohkan kamu denganseorang pengusaha muda, anak dari temannya?”.Ucap Dewi dengan sedikit suara keras setelah mengetahui yang sebanarnya. “Iya Wi…Ibuku pengen punya menantu yang kaya. Tidak seperti Mas Ari yang hanya tukang kuci mobil, tidak jelas masa depannya katanya…”.Ucap Cinta dengan tersedu-sedu. “Gila…orang tua kamu benar-benar telah gila harta…”. Ucap Dewi. “Tapi bukannya kemarin-kemari mereka setuju hubungan kamu dengan Ari..?”. Tanya Dewi. “Wi…sebenarnya orang tuaku dari awal tidak setuju hubungan kami, selama ini mereka selalu berpura-pura di depan Mas Ari, tapi kalau di belakang  MasAri, mereka selalu menghinanya…”. Ucap Cinta. Wajah Dewi semakin memerah, kedua telingganya terasa panas dan amarah Dewi semakin meledak ketika mengetahui yang sebenarnya terjadi pada Cinta, sahabat yang telah dikenalnya sejak kecil.“Asstaqafirullah haladzim….”.Ucap Dewi berusaha mengendalikan diri dari amarah yang mulai menguasainya.“Tapi Cin…masa kamu hanya diam aja.Cinta kalian berdua saat ini sedang dipertaruhkan.kalian harus berjuang dong. Jangan hanya diam dan pasrah seperti ini…”. Ucap Dewi. “Susah…Wi. Apa pun alasanku, orang tuaku tidak akan menerimanya, walau hal terburuk saya hamil sekali pun dari benih Mas Ari, orang tuaku tetap tidak akan sudi menikahkan Aku dan Mas Ari..”. Ucap Cinta. “Sekarang ini, Aku hanya bisa pasrah mengikuti kehendak orang tuaku yang menikahkan Aku dengan laki-laki yang tidak ku cintai..”. Lanjut Cinta. “Cin…Aku juga sangat prihatin dengan apa yang saat ini kalian hadapi…semoga Tuhan memberikan kekuatan buat kalian untuk membuka kembali lebaran baru hidup kalian..”. Ucap Dewi sambil membelai-belai rambut Cinta. “Makasih Wi…”. Ucap Cinta.Hari-hari terus berlalu, Ari dan Cinta terus berusaha saling melupakan dan membuka lembaran baru kehidupan mereka.Namun jauh dari lubuk hati mereka yang paling dalam, cinta mereka masih terus hidup entah sampai kapan rasa itu akan bertahan dalam hati mereka tak ada satu pun yang mengetahuinya kecuali hanya Sang Pemberi Cinta.

Beberapa bulan berlalu, suasana dikediaman Cinta berbeda seperti  biasanya. Janur kuning dengan indahnya menghiasi sudut-sudut rumah itu.tenda-tenda yang akan dipakai untuk para undangan telah berdiri dengan megahnya.Kabar pernikahan Cinta dan pengusaha muda itu telah beredar sampai ketelinga Ari dan Dewi bahkan sepucuk undangan dari Cinta pun telah berada ditangan Ari.Ia merasa tak mampu untuk menghadiri undangan dari mantan kekasihnya itu, namun disisi lain keinginannya untuk bertemu dengan Cinta yang terakhir kalinya terus saja menghantui pikirannya. “Ri…terserah kamu.Kalau kamu merasa kuat memenuhi undangan pernikahan Cinta dan ingin melihat Cinta yang terakhir kalinya, Aku siap temani kamu. Tapi kalau kamu merasa tidak kuat mending jangan….”.Ucap Dewi yang tengah itu sedang berada dikost-kostsan Ari. “Wi…Aku juga nggak tahu apa Aku sanggup melihat wanita yang sangat Aku cintai bersanding dengan laki-laki lain…”. Ucap Ari. Dewi hanya bisa diam melihat sahabatnya itu tanpa bisa melakukan apa-apa lagi.

Beberapa hari kemudian…..

Cinta terlihat sangat cantik dengan balutan batik sebagai gaun pernikahannya. Jilbab yang Ia kenakan membuat kecantikan Cinta terlihat semakin sempurna. Setelah melakukan akad nikah, Cinta dan dan pengusaha muda yang telah resmi menjadi suaminya menerima ucapan selamat dari seluruh undangan.Sambil menyambut tangan-tangan para undangan, mata Cinta terus milirik kearah kiri dan kanannya seakan-akan mencari seseoarng yang sangat diharapkan kedatangan olehnya. “Ada apa Cin..kok mata kamu terus melirik kiri-kanan sich? Ada yang di tunggu ya?”.Tanya suami Cinta yang berdiri di sebelah istrinya. “Nggak kok Mas…”. Jawab Cinta. Sosok Ari yang sangat dinantikan kedatangannya oleh Cinta belum juga terlihat sampai pada undangan terakhir memberikan ucapan Selamat.

Ketika Cinta dan Suaminya ingin beranjak dari tempat mereka, tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepan rumah Cinta. “Cin…Gus…jangan buru-buru. Itu masih ada undangan yang baru datang…”.Ucap Ibunda Cinta yang seketika menghentikan langkah mereka.Tatapan para undangan tertuju pada mobil itu begitu pun dengan Cinta dan Suaminya.Beberapan saat kemudian pintu mobil itu terbuka secara berlahan-lahan.Dari balik pintu sesosok laki-laki dan wanita muncul dengan sebuah kado ditangan mereka masing-masing.Tatapan Cinta tak pernah lepas dari mata laki-laki itu. Air mata Cinta tiba-tiba tumpah mengiringi langkah laki-laki itu. “Makasih Nak Ari..sudah mau datang di pernikahan Cinta…”. Ucap Ibunda Cinta. “Iya Tante..sama-sama..”. ucap Ari sambil menjabat tangan Wanita separuh baya itu. “Makasih ya Mas…”. Ucap Suami Cinta. Iya..sama-sama Mas. Semoga bahagia…!!!”. Ucap Ari sambil menjabat tangan Suami Cinta.Setelah menjabat tangan Suami Cinta, Ari pun melangkah kearah Cinta yang berdiri di sebalah Suaminya.Ari menatap wajah mantan kekasihnya itu dengan tatapan yang penuh arti. Kekuatan Ari untuk membendung emosinya tak mampu lagi, di depan mantan kekasihnya, air matanya tumpah, seakan tak sanggup menerima takdir cintanya. Bergitu pun dengan Cinta, yang terus mengeluarkan air mata.Bibirnya bergetar dan badannya terasa kaku seakan tak mampu menjabat tangan laki-laki yang sangat di cintainya itu.“Cin...jadi istri dan ibu yang baik ya…?!!”. Ucap Ari. “Oh iya…ini sepatu yang pernah kamu minta dibelikan sama Aku. Waktu itu, memang Aku nggak punya duit, tapi beberapa bulan terkahir ini Aku mendapatkan kerjaan.Sepatu ini Aku beli dari hasil nabung beberapa bulan. Rencana sich aku ingin memberikan sepatu ini di hari yang special kita, namun sayang hari itu tidak akan pernah ada lagi…”. Lanjut Ari. Cinta yang mendengar perkataan Ari, dengan seketika Ia memeluk tubuh Ari, seakan tak sanggup lagi membendung kesedihannya pada saat itu. tiba-tiba suasana pesta berubah hening. Tatapan semua orang tertuju pada Ari dan Cinta. “Mas…maafkan Aku yang tidak berdaya mempertahankan cinta kita….”.Ucap Cinta diselingi isak tangis yang tersedu-sedu. “Aduh Cin…jangan gini dong…nggak enak sama Suamimu dan para undangan”. Ucap Ari sambil mencoba melepas pelukan Cinta. “Cin...Aku do’akan kalian bahagia selamanya..”. Lanjut Ari. Ari pun melangkah meninggalkan pesta itu menuju ke sebuah mobil yang mereka gunakan tadi bersama Dewi.

Dengan mengunakan Honda Jazz merah milik Dewi, Ari meninggakan pesta pernikahan mantan kekasihnya.Sembari meninggalkan kisah cintanya yang terkubur dibawah kemegahan dan kebaagian pesta itu. Entah bagaimana lagi perjanan hidup Ari mencari cinta yang lain tak ada satu pun yang tahu hanya Sang pemberi cinta. Cuma yang pasti kisah kasihnya bersama Cinta telah menjadi kenangan terindah yang akan menghiasi perjalanan kehidupannya walau penuh dengan dilema yang berakhir pada perpisahan.


TAMAT……!!!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews