"MOHON MAAF ATAS KETERBATASAN. KARENA WEB-BLOG MASIH DALAM PENGEMBANGAN" Terima Kasih...

Rabu, 23 Februari 2011

Cinta Tak Terucap

Dengan terburu-buru Ani melangkahkan kakinya menuju ruangan perawatan rumah sakit wahidin dimana ayahnya dirawat. Tiba-tiba langkah Ani terhenti di depan sebuah ruangan ICU. “Bi…ngapain disini? Memangnya siapa yang sakit?” Tanya Ani pada seorang wanita tua yang dikenalnya. “anu…non, mas Imam lagi sakit.” Jawab wanita itu. “Memangnya mas Imam sakit apa bi..?” Tanya Ani dengan nada kaget. “Bi..bi juga nggak tau mas Imam sakit apa, kalau non Ani mau tau, non Ani tanya lansung aja ke nyonya.” Jawab wanita itu lagi dengan suara yang terbata-bata, seakan-akan menyembunyikan sesuatu. “Terus, nyonya kemana…?” Tanya Ani lagi. “Nyonya pergi keruangan Dr. Dude yang bertanggungjawab kesehatan mas Imam.” Jawab wanita tua itu lagi sambil jarinya menujukan ruangan yang terletak dipojok lorong rumah sakit itu.
Dari balik pintu ruangan Dr. Dude, keluarlah seorang wanita separuh baya dengan mata yang berkaca-kaca sambil menundukan kepalanya. Ketika wanita itu mengakat kepalanya, dilihatnya Ani yang sedang berdiri didepan ruangan ICU yang tak jauh dari tempat berdiri. Dengan keadaan kaget seketika, wanita itu lansung mengusap-ngusap matanya dengan selembar tissue yang ada ditangannya. Setelah membersikan tetesan air mata yang sempat membasahi pipinya, wanita itu pun melangkah menuju ruangan ICU diman Imam, anaknya dirawat.
Sesampainya di depan ruangan ICU, dilihanya Ani yang lagi panik. “Ani, giman kabarnya? Ada keluarga yang sakit?” Tanya Ibu Imam. “Alhamdulillah baik….ia, ayah Ani lagi sakit, tapi insya Allah besok atau lusa Ayah sudah biasa pulang,” Jawab Ani. “Tante…Kak Imam sakit apa?” Tanya ani. “Oh….Imam demam aja kok.” Jawab Ibu Imam lagi. “Kok…Kak Imam demam biasa tapi sampai-sampai masuk ruangan ICU sich…?” Tanya Ani dengan rasa penasaran. “Iya…tadi pagi tubuh Imam lemas sekali, karena itu tante masukkan Imam ke ruangan ICU, tante takut kenapa-kenapa. Tapi tadi dokter sudah bilang kondisi Imam baik-baik aja. Mugkin Imam terlalu banyak pikiran, sehingga tubuhnya lemah. Imam sekarang sudah baikan, sebentar Imam sudah masuk kembali ke ruangan perawatan dan mungkin beberapa hari kedepan Imam sudah keluar.” Jawab ibunda Imam nada suara yang beda dari biasanya, seakan-akan menyembunyikan sesuatu. “Oh….Alhamdulillah kalau gitu. Mudah-mudahan Kak Imam cepat baikan.” Kata Ani. “Oh iya tante…aku ke ruangan Ayah dulu ya. karena Ayah sudah nunggu lama tuh.” Kata Ani pada Ibunda Imam. “Iya…tante titip salam untuk Ayahmu.” Ucap Ibunda Imam. Ani pun melangkahkan kaki menuju ruangan Ayahnya. “Kayaknya ada sesuatu yang Ibu Imam sembunyikan dari Aku.” Kata Ani dalam hati, sambil langkahnya mendekati ruangan dimana Ayahnya di rawat.
“Assalamu’allaikum…..” Ucap Ani, sambil ia melangkah masuk kedalam ruangan perawatan Ayahnya. “Waallaikum salam…” jawab Ayah Ani yang sedang berbaring di atas tempat tidur pasien. “Ani dari mana…kok lama sekali sich? Tanya Ayah Ani. “Ani tadi lagi mampir di ruangan ICU, terus..” “memangnya siapa yang masuk ruangan ICU? Tanya Ayahnya memotong penjelasaan Ani. “Ayah masih ingat Kak Imam?” Tanya Ani lagi. “Iyalah, tidak mungkin Ayah lupa, Imam itu kan yang selama ini, mengejar-ngejar kamu, sampai-sampai dia datang ke rumah bertemu Ayah, dan mengatakan kalau dia itu sayang sama kamu dari sekian banyak laki-laki yang mengejar-ngejar kamu, hanya dia yang berani ngomong sama Ayah.” Jawab Ayah Ani dengan panjang lebar, hanya sekedar menujukan pada Anaknya bahwa ingatanya masih kuat. “Jadi gini, kak Imam sekarang lagi dalam ruangan ICU, tapi kata Ibunya, sebentar kak imam sudah dipindahkan ke ruangan perawatan karena kondisi kak Imam sudah agak baikan.” Jawab Ani. “Imam sakit apa sampai-sampai harus masuk ICU?” Tanya Ayahnya lagi. “Katanya sich cuma demam aja, cuma karena tadi pagi tubuh Kak Imam lemah sekali, makanya Ibunya Masukan iya ke ruangan ICU, tapi Ani tidak percaya. Karena perasaan Ani mengatakan, ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari Ani.” Jawab Ani lagi. Ayahnya Ani hanya bisa terdiam sambil memandang wajah Anaknya yang penuh dengan rasa penasaran.
Keesokan harinya, di dalam ruangan perawat rumah sakit …..
“selamat pagi pak Andi….” Sapa seorang dokter kepada Ayah Ani. “Pagi juga dok…” jawab Ayah Ani. “Begini pak Andi, karena hasil leb mengatakan kondisi bapak sudah baikan, karena itu saya beritaukan bahwa bapak sudah bisa pulang hari ini.” Ucap dokter itu. “Alhamdulillah….makasih ya dokter.” Ucap pak Andi dengan penuh rasa syukur sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Jadi pak Andi saya tinggal dulu, soalnya masih banyak kerjaan.” Kata dokter itu. “Iya…iya dok. Makasih…” Ucap pak Andi lagi. “ Iya sama-sama” jawab dokter. Tiba-tiba Ani melihat tulisan yang tertera pada papan nama dokter itu. “Dokter Dude Al-Qasali, bukanya dia dokter yang memeriksa kondisi Kak Imam. Diakan dokter spesialis penyakit dalam.” Kata Ani dalam hati, sambil memperhatikan dokter itu yang melangkah meninggalkan ruangan tersebut. “Berarti kecurigaan saya benar. Ternyata ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ibu Kak Imam.” Kata Ani dalam hatinya lagi. Ani pun merapikan barang-barang yang ia bawah dari rumah, untuk di bawa pulang kembali. “Sudah sepekan Ayah di rumah sakit. Rasanya Ayah nggak sabar lagi pulang.” Ucap Ayah Ani sambil bersiap-siap meninggalkan rumah sakit dimana ia di rawat.
Hanya beberapa saat kemudian, Ani dan ayahnya sudah berada di lobi depan rumah sakit. Tak lama kemudian, datanglah sebuah mobil taksi yang siap mengantarkan Ani dan ayahnya kembali ke rumah. Dalam perjalanan mereka menuju rumah, Hp Ani berdering. “Assalamu’alaikum, ya Ita ada apa..?” kata Ani menjawab panggilan dari saahabatnya. “Waalaikum salam, aku Cuma mau nanya, gimana keadaan Ayahnu..?” tanya Ita dari balik telpon itu. “Alhamdulillah sudah baikan, sekarang Aku dalam perjalanan pulang bersama Ayahku.” Jawab Ani. “Oh gitu…syukurlah. Oh iya, sebentar sore setelah pulang dari kampus, aku akan mampir ke rumahmu.” Ucap Ita. “Okey bos…Aku tunggu ya kebutulan ada juga yang ingin Aku bicarakan sama kamu…” kata Ani lagi. “okey sampai nanti….Assalamu’alaikum.” Ucap Ita lagi. “waalaikum salam…” jawab Ani, dan lansung mematikan panggilan dari sahabatnya itu.
Pada hari yang sama dirumah sakit….
“Ma…besok aku kembali ke rumah, aku mau menghabiskan waktuku dirumah aja.” Ucap Iman pada Ibunya. “Iya, nanti mama coba bicarakan sama dokter Dude.” Kata Ibunya. “Oh iya..kemarin Mama bertemu Ani di depan ICU.” Ucap Ibunya lagi. “Apa..??? Ani datang ke rumah sakit….terus Mama sudah katakan kondisi Iman sama Ani…?” Tanya Iman dengan raut muka yang kaget. “Mama tidak menceritakan kondisi Iman sama Ani, kan Iman sendiri yang bilang sama Mama jangan pernah beritaukan Ani.” Kata Ibunya lagi, sambil tangganya membelai rambut Iman yang lagi terbaring di tempat tidur pasien. “Makasih ya Ma….Aku sengaja tidak memberitaukan Ana karena Aku tak mau Ana merasa kasihan sama Aku ketika dia tau kondisi Aku yang sebenarnya.” Ucap Iman lagi. “Ya sudah, ngobrolnya nanti aja. Iman istirahat aja dulu.” Ucap Ayahnya yang duduk disebelah Ibunya. Berselang beberapa saat kemudian, Iman pun tertidur dengan belaian tangan Ibunya yang terus membelai rambutnya. Disaat Ibunya melihat Iman terlelap, tiba-tiba tanpa sadar air mata pun keluar membasahi pipi wanita setengah baya itu. “Ya…Allah mengapa engkau memberikan Aku cobaan seperti ini. Iman adalah Anakku satu-satunya. Aku tak kuat kalau harus berpisah dengannya secepat ini. Ya…Allah berikan Aku kekuatan untuk bisa menerima kenyataan ini, agar Aku bisa iklas melepaskan Iman pergi ke pangkuanmu.” Ucap Ibu Iman dalam hatinya. Tak terasa, air matanya pun turun semakin deras, bagaikan hujan yang turun membasahi tanah yang kekeringan. Tak ada seorang pun yang mampu menahan air matanya. “Sudahlah Bu….jangan biarkan kesedihan itu menguasai dirimu. Kalau Iman melihat Air matamu, dia semakin sedih.” Kata Ayahnya yang berada disamping Istrinya.
Jam dinding yang teletak di ruangan keluarga di rumah Ani sudah menunjukan pukul 4 sore. Ani terlihat gelisa duduk di sofa empuk sambil memandang jam yang menempel di diding yang ada di depannya. “Ita kemana sih??? Kok belum datang juga”. Ucap Ani dalam hatinya. Berselang beberapa saat kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Dengan seketika, Ani keluar kedepan rumah. “Ya Ampun…Ita…Ita kamu dari mana aja? Sudah dari tadi aku tungguin”. Tanya Ani setelah mengetahui siapa yang datang. “Sorry…Ani tadi dalam perjalanan ke sini aku mampir sebentar di rumah Ayu untuk ambil tugasku yang di pinjam sama Ayu kemarin”. Jawab Ita yang sudah berada di depan Ani. “Ayah kamu mana…???”. Tanya Ita yang sudah berada di dalam rumah sahabatnya. “Oh….lagi istiraha dalam kamarnya…”. Jawab Ani. “Oh…terus yang kamu katakan tadi di telpon itu apa?”. Tanya Ita dengan penasaran. “Kok buru-buru banget sih, sebentar Aku buatkan minum dulu...”. Jawab Ani. “Yo…wes cepat sana, kebutulan Aku haus banget…”. Ucap Ita sambil mengusap tenggorokannya. Ani pun melangkah menuju dapur meninggalkan sahabatnya yang masih duduk di sofa di ruangan keluarga rumahnya. Berselang beberapa saat, Ani pun muncul membawa 2 gelas minuman dingin dan sedikit cemilan yang siap menemani obrolan mereka.
“Jadi gini Ta….kemarin aku ketemu sama Ibunya Kak Imam di rumah sakit, kemudian Ibunya Kak Imam memceritakan siapa kondisi Kak Imam, katanya sih Kak Imam Cuma demam biasa, tapi anehnya Kak Imam sampai masuk ICU. Aku merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan dari Aku…”. Ucap Ani. “Terus…hubunganya dengan Aku apaan???”. Tanya Ita setelah mendengar cerita dari sahabatnya. “Begini….rumah kamukan dekat dengan rumah Kak Imam, jadi mungkin kamu bisa mencari informasi yang sebenarnya terjadi, mungkin saja kamu bisa dapat informasi dari tetangga-tetangga Kak Imam..”. Jawab Ani. “Ta…Aku mohon bantu Aku…”. Ucap Ani sambil memegang tangan sahabatnya. “Kamu tuh kalo ada maunya pasti kayak gini..Ok Aku akan bantu kamu. Aku berikan informasih secepatnya..”. Ucap Ita yang tak mampu menolak permintaan Ani, sahabat dekatnya. Ani tersenyum mendengar jawaban dari sahabatnya. Mereka pun melanjutkan obrolan mereka, sampai tak terasa suara Azzan Magrib terdengar dari sebuah masjid yang tidak cukup jauh dari rumah Ani. “Kayaknya, Aku sudah harus balik nie…soalnya sudah masuk waktu magrib tuh…”. Ucap Ita. “Kamu tidak shalat magrib dulu? Rumah kamu kan cukup jauh, nanti kamu tidak sempat….”. Tanya Ani. “Aku sekarang lagi dapat nie…jadi Aku haus balik secepatnya. Karena masih banyak yang mau di urus, belum lagi tugas-tugas dari dosen yang harus secepatnya saya selesaikan.”. Jawab Ita sambil melangkahkan kakinya keluar dari rumah Ani. “Okey hati-hati ya di jalan…”. Ucap Ani. Tak lama kemudian mobil Ita meninggalkan rumah Ani dan mengilang dari pandangan Ani.
Keesokan harinya, jam sudah menunjukan pukul 11.00 siang. Ani sedang menemani Ayahnya makan siang di meja makan. Tiba-tiba HP Ani yang terletak di tesimpan di dalam kantong celananya berbunyi. Ani pun segera mengambil HPnya dan melihatnya. Dilihatnya sahabatnya Ita memanggil, dengan secepatnya Ani menjawab panggilan itu. “Assalamu alaikum….ya ta ada apa??? Tanya Ani. “Waalaikum salam…begini, kemarin waktu saya pulang ke rumahmu, Aku sengaja lewat di depan rumah Kak Imam, Cuma rumah terlihat sepi banget. Terus waktu aku ke kampus tadi pagi aku sengaja lagi lewat depan rumahnya namun hasilnya masih sama, rumah itu terlihat sangat sepih sekali.” Jawab Ita yang berada di balik telpon itu. “Kok gitu sih… waktu aku ketemu sama Ibunya kak Imam di rumah sakit, dia bilang mungkin dalam beberapa hari Kak Imam sudah pulang ke rumah. Tapi kok masih sepih rumahnya. Atau jangan-jangan Kak Imam masih d rumah sakit???”. Ucap Ani dengan semakin penasaran. “Mungkin aja…Kak Imam masih di rumah sakit..”. Ucap Ita juga yang mulai penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. “Aku juga tidak bisa pergi ke rumah sakit tinggalkan Ayahku sendiri dirumah”. Ucap Ani kembali. “Iya Aku paham kok maksut kamu, Aku sih bisa aja ke rumah sakit, tapi kalo hari ini aku tidak bisa, soalnya aku sibuk banget hari ini. Kalo besok aku bisa cari informasi di rumah sakit.”. Ucap Ita yang sudah mengerti maksut Ani. “Iya nggak apa-apa kok. Oh iya gini aja, setelah balik dari kampus kamu langsung mampir aja ke rumah jemput aku, setelah itu kita sama-sama ke rumah sakit. Karena bibiku sudah balik dari kampong, jadi mungkin besok pagi bibiku sudah ada di rumah”. Kata Ani. “Okey boleh juga…sampai ketemu besok siang…Assalamu alaikum.” Ucap Ita kembali. “Waalaikum salam…!!!”. Jawab Ani. Ani pun mematikan telpon tersebut.
Keesokan harinya…..
Ani yang sudah bersiap-siap pergi ke rumah sakit bersama Ita sahabatnya, kini ia sudah menunggu didepan rumahnya. Tak lama kemudian Ita muncul di depan rumahnya. Ani pun bergegas naik ke mobil temanya itu dan meluncur ke sebuah rumah sakit dimana Ayahnya di rawat. Sekitar 30 menit kemudian Ani dan Ita pun sudah berada parkiran mobil rumah sakit Wahidin. “Nah sekarang kita sudah di parkiran…kita lansung kemana?”. Tanya Ita yang sudah turun dari mobilnya. “Gini, kita ke ruangan Dr. Dude aja, kebetulan aku tau tempatnya. Soalnya aku tidak tau di bagian mana Kak Imam di rawat.” Ucap Ani. Ani dan Ita menuju ke ruangan Dr. Dude, “Selamat Siang Dok…”. Sapa Ita sambil membuaka pintu ruangan Dr. Dude. “Siang….silakan masuk. Ada yang bisa di bantu?”. Tanya Dr. Dude. “Gini Dok…dokter kenalkan sama pasien yang bernama Imam? Yang beberapa hari yang lalu dia sempat masuk di ruangan ICU”. Tanya Ani yang sudah duduk di balik meja Dr. Dude. “Memangnya kalian siapanya Imam?”. Tanya Dr. Dude lagi. “Anu Dok…kami nie teman kampusnya dok….”. Jawab Ani. “Oh…jadi kalian temannya Imam.”. Ucap Dr. Dude. “Iya Dok, kami pingin tau kondisi Kak Imam yang sebenarnya…”. Ucap Ati dengan nada memohon. “Okey-okey saya akan jelaskan keadaan keadaan yang sebenarnya. Jadi gini, sudah bertahun-tahun Imam menderita kangker otak, namun iya merahasiakan sama semua orang. Disaat dia tidak mampu lagi menanggung penderitaanny itu, imam pun pingsan, satelah itu orang tuanya lansung membawa Imam ke rumah sakit. Setelah saya periksa kondisi Imam ternyata umur Imam hanya bertahan beberapa bulan lagi. Cuma Aku tidak menyangka, Tuhan begitu cepat memanggil Imam pulang kesisi-Nya.”. Ucap Dr. Dude menjelaskan semua yang terjadi. “Ma…maksut dokter apa?”. Tanya Ani dengan raut muka yang sangat panik, tanpa sadar air matanya keluar membasahi pipinya. “Begini, kalian terlambat, tadi pagi sekitar pukul 5 pagi Imam menghembuskan nafas yang terakhir.”. Ucap Dr. Dude. “Apa Dok..??? Maksut dokter Kak Imam sudah meninggal…???”. Tanya Ani dengan nada kaget. “Iya…”. Jawab Dr. Dude lagi. “Ta ini pasti mimpi….Kak Imam belum meninggal kak???”. Tanya Ani sambil menangis menatap wajah sahabatnya. “Sabar ya….kamu harus terima semua ini…”. Ucap Ita sambil mengusap kepala sahabatnya yang sudh tersandar di atas pundaknya. Tiba-tiba Ani berdiri dari kursinya, “Ta…kita harus secepatnya ke rumah Kak Imam”. Ucap Ani. “Ani tunggu….”. Ucap Ita yang melihat Ani berlari keluar dengan keadaan panik. Ita pun bergegas berdiri dan meninggalkan ruangan Dr. Dude mengejar sahabatnya yang berlari menuju parkiran.
“Ta…cepat sedikit donk….!!!”. Ucap Ani yang sudah berada dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah Imam. “Sabar sedikit lah…kamu tidak lihat jalanan macet. Nanti Justru kita lagi yang kenapa-kenapa.” Ucap Ita yang sedang duduk dibelakang stir mobilnya. 15 menit kemudian Ani dan Ida sudah sampai di depan rumah Imam. Dilihatnya, rumah Imam yang keadaan sepi, hanya terlihat beberapa orang security yang bertugas menjaa rumah imam yang berada di kompleks perumahan mewah kota itu. Ani keluar dari mobil dan lansung bertanya kepada salah satu security yang ada di dekatnya. “Pak…Semua Orang lagi kemana sich?”. Tanya Ani. “Semua orang lagi pergi mengantar jenazah Mas Imam untuk di makamkan.”, Jawab salah satu security. “Terus…tempatnya dibagian mana?”. Tanya Ani lagi. “Tempat pemakamannya di taman perkurburn islam, daerah bukit indah.”. Jawab security yang sama. “Ani…Aku tau tempatnya. Tempatnya itu tidak jauh dari sini, mungkin sekitar 15 menit gitu.”. Ucap Ita. Setelah beberapa saat kemudian, Ani dan Ita pun bergegas menuju daerah bukit indah.
Dalam perjalanan mereka berpas-pasan dengan mobil pelayat yang mengantarkan jenazah Imam. “Ta…itu kayaknya itu mobil-mobil para pelayat..?”. Tanya Ani sambil mengarahkan jari telunjuknya kea rah mobil yang berada di depannya. “Iya…kayaknya kita terlambat untuk hadiri proses pemakaman Kak Imam…”. Ucap Ita. Tak lama kemudian, mobil Ita sudah memasuki pintu gerbang taman perkuburan islam. Ani lansung keluar dari mobil dan lansung berlari menuju salah satu makam yang masih terlihat baru, di bacanyanya batu nisan yang masih terbuat dari kayu itu bertuliskan Imam Kurniawan, Ani pun lansung memeluk batu nisan itu, dan menangis tak henti-hentinya diatas pusarah yang masih terlihat basah dan bau bunga melati. “Tuhan….Mengapa terlalu cepat memanggil Kak Imam….mengapa Engkau tidak memberikan kesempatan padaku untuk mengatakan kalo Aku sangat cinta sama dia….” Teriak Ana dengan sangat keras, tiba-tiba hujan pun turun membasahi hati Ani yang telah patah. Seakan-akan langit turut merasakan kepedihan Ani. “Yang sabar ya…Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik di balik kejadian ini…”. Ucap Ita yang berada di samping Ani sambil menenangkan Ani yang lagi terluka. “Ta…Aku menyesal dari kemarin-kemarin aku sengaja menunda-nunda keputusan Aku untuk menerima dia. Aku hanya ingin melihat sejauh mana rasa sayangnya sama Aku. Tapi Aku nggak tau semua berakhir seperti ini…”. Ucap Ani sambil memeluk sahabatnya itu. “Imam…Aku juga cinta kamu…..Aku juga sayang kamu….”. Teriak Ani dengan suara yang sangat keras, di atas makam Imam. Hujan pun turun semakin deras tak henti-hentinya….!!!

TAMAT

1 komentar:

iman mengatakan...

Bolelah . . . Tapi . . .Kenapa tokoh imam dalm cerita ini berubah jadi iman dipertengahan cerita ( ketika trjadi dialog antara ia sm ibunya )dan ia kmbali jadi imam stlh itu . Apa ada kesalahan cetak ?? atau ada maksud lain pengarang ??

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews