"MOHON MAAF ATAS KETERBATASAN. KARENA WEB-BLOG MASIH DALAM PENGEMBANGAN" Terima Kasih...

Rabu, 23 Februari 2011

“PELANGI DITENGAH HUJAN” (BAGIAN DUA)


Sore itu, langit yang biasanya memamcarkan warna keesesahan dari sang Khalik telah tertutupi oleh awan hitam. Suara-suara petir yang sangat memekik seakan tak mau ketinggalan untuk ambil bagian.Dengan mengunakan sebuah Taksi Alin dan Tina berangkat menuju kontrakan Dimas.setelah beberapa saat kemudian, taksi yang mereka naiki itu, memasuki sebuah gang yang tak asing dalam benak Alin. "Sepertinya Aku pernah ke sini....".Ucap Alin dalam hati.Rasa penasarannya terhadap sosok laki-laki yang selama ini dicarinya semakin menggetarkan hati dan pikirannya."Iya Aku ingat, waktu itu Aku membuntuti laki-laki misterius itu. Tapi apa laki-laki misterius itu ada kaitannya dengan Dimas.....??". Sahut Alin dalam hatinya. "Lin...kita sudah samapi di kontrakan Dimas...". Ucap Tina yang seketika menyadarkan Alin dari lamunan sesaatnya. "Pak tunggu sebentar ya...?!!". Ucap Tina pada supir taksi  itu. Dengan di temani Tina, berlahan tapi pasti Alin melangkahkan kakinya mendekati sebuah rumah kontrakan yang tidak jauh di depannya. "Assalamu'alaikum....".Ucap Tina semabari mengetok-ngetok pintu rumah itu. "Waalaikum salam...iya tunggu sebentar....".terdengar suara laki-laki dari dalam rumah  itu. "Oh Tina...ada apa?".Ucap laki-laki itu setelah membukakan pintu. "Mas Dimas mana...?". Tanya Tina. "Waduh....Dimas sudah ke bandara...".Ucap laki-laki itu. "Apaa..???". Ucap Tina dengan kagetnya. "Iya...sore ini dia berangkat ke Surabaya. Kalau kalian kesana sekarang, mungkin kalian masih bertemu dengan Dimas...".Ucap Laki-laki itu. "Ayo Lin...kita harus secepatnya ke bandara". Ucap Tina. "Oh Iya Mas Agus, makasih ya....?". Ucap Tina Lagi. dengan terburu-buru Alin dan Tina menaiki taksi yang sudah setia menunggu mereka tadi. "Pak...ke Bandara sekarang...". Ucap Tina. Taksi itu pun bergegas mengantarkan dua wanita itu ke Bandara.

 Ditempat lain.....

Keramaian dari berbagai orang-orang yang akan berangkat, yang baru tiba dan para pengantar terlihat begitu menghiasi disetiap sudut Bandara Internasional Hasanudin. Setelah menurunkan kopor miliknya dari sebuah taksi, Dimas pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan Cek In. Setelah selesai Cek In, Dimas melangkahkan kakinya keluar ruangan untuk mengirup udara kota makassar yang terakhir kalinya. Semua kenangan kota makassar terngiang dalam benaknya melintas tanpa henti seakan tak mengijinkannya untuk pergi selama-lamanya. Tak terasa tiga puluh menit sudah Dimas berdiri terbuai oleh kenangan-kenangannya.disaat Ia hendak memasuki ruang tunggu pemberangkatan, tiba-tiba langkah kakinya dihentikan oleh suara seseorang yang memanggil-manggil namanya. dengan seketika Dimas memalingkan  tubuhnya ke arah suara itu berasal. Betapa kagetnya ketika melihat dua sosok wanita yang sangat dikenalnya sedang berdiri tak jauh dari depannya.

"Dari mana kalian tau Aku ke bandara...?".Tanya Dimas pada dua wanita itu. "Dari mana kami tau...?? Kau sendiri kenapa berangkat tanpa ada sedikit pun memberitahukan Aku.....???". Ucap Tina dengan emosinya. "Kamu tahu tidak, wanita yang selama ini kamu ceritakan juga sangat merindukanmu..?!!". Lanjut Tina. "Disaat dia ingin bertemu denganmu, kau malah pergi meninggalkannya. Apa ini yang kau sebuat dengan cinta..?".Lanjut Tina lagi. Dimas hanya diam tanpa bisa berkata apa-apa begitu pun dengan Alin yang hanya mampu menatap wajah laki-laki yang sangat dirindukannya, bibirnya bergetar, air matanya pun mulai tumpah dan tubuhnya seakan terasa kaku tak berdaya. "Tina...Aku minta maaf tidak memberitahukan kamu. Semua ini Aku lakukan agar tak ada satu pun yang bisa menahan Aku untuk pergi untuk meninggalkan kota ini....". Ucap Dimas. "Alin juga sudah mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Aku, yang pasti akan selalu menjaganya.Karena itu, Aku tak semestinya berada disini lagi.saat ini Aku harus memulai lembaran kehidupan baru dan menutup lembaran kehidupanku sebelumnya yang penuh dengan kenangan masa kecilku bersama dengan seorang wanita. Sekali lagi Aku minta maaf.....". Ucap Dimas. Dimas pun memalingkan tubunya dan melangkah meningglkan dua wanita itu. "Dimas......?!!". Teriak Alin sembari berlari mengejar Dimas.

Tiba-tiba kedua tangan Alin merangkul tubuh Dimas dari belakang yang juga seketika menghentikan langkah Dimas. "Dimas jangan pergi Dimas....!!! Aku mohon jangan pergi....".Ucap Alin dengan penuh tangisan yang tak terbendungkan lagi.Berlahan-lahan Dimas melepaskan kedua tangan Alin yang sedang merangkul tubuhnya.Ditatapnya wajah Alin dengan begitu dalam, sembari mengegenggam tangan wanita itu. "Alin....Maafkan Aku. Tapi Aku harus pergi. Suatu hari nanti, disaat kau merasakan kebahagian bersama Akmal, kau pasti akan melupakan Aku....". Ucap Dimas. "Alin....Tak seharusnya kau mengeluarkan air mata untukku yang belum pernah membahagiakanmu seperti Akmal yang telah mengisi hari-harimu dengan penuh kebahagian....".Ucap Dimas sembari membersikan air mata Alin dengan jari telunjuknya. Dimas pun melanjutkan langkahnya meninggalkan Alin dan Tina. Berlahan-lahan Bayangan Dimas menghilang dari pelopak mata dua wanita itu.tak ada satu pun manusia yang tahu kapan lagi Alin akan bertemu dengan Dimas lagi.

Sebulan kemudian.....

Alin melanjutkan kehidupannya kembali bersama Akmal walau dalam hatinya masih mengharapkan Dimas yang telah pergi jauh meninggalkannya entah sampai kapan perasaan itu terus menggrogoti hati dan pikirannya Ia pun tak tahu. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang tengah mempersiapkan ujian terakhirnya, sudah pasti kesibuknya kian hari semakin tak terelakan. Namun satu kebahagian yang Ia rasakan, ditengah-tengah kesibukannya Akmal selalu mendampinginya. Sore itu, Alin meninggalkan kampusnya bersama Akmal yang telah iklas menjemputnya. "Sayang...besok Ayah dan Ibu Aku akan datang ke rumah kamu...". Ucap Akmal yang duduk di belakang stir mobilnya. "Buat apa...?".Tanya Alin dengan keheranan."Untuk membicarakan acara pertunangan kita.selama ini kan kita hanya pacaran doang tanpa ada sebuah hubungan yang jelas....". Ucap Akmal sambil mengendalikan stir mobil. "Apa tidak terburu-buru tuch...?!!". Tanya Alin kembali."Insya Allah tidak. Nanti setelah kamu wisudah Aku akan melamar kamu setelah itu nikahi kamu dech...".Ucap Akmal dengan sedikit senyum dan canda yang mengiringi perjalanan mereka."Terserah kamu aja.yang penting kamu tidak menyesal telah memperistrikan Aku nanti....". Ucap Alin. "Insya Allah tidak. Aku sudah yakin dengan pilihan yang Aku ambil saat ini....". Ucap Akmal.   

Keesokan harinya.....

Seperti yang dikatakan Akmal bahwa orang tuanya akan datang ke kediaman Alin, maka segala persiapan untuk menyambut kedatangan calon besan  telah dipersiapkan. Setelah menunggu beberapa lama kemudian, tepatnya pada pukul 10.00 pagi, sebuah mobil yang tak asing tiba-tiba berhenti di depan rumah Alin. Berselang beberapa saat kemudian, pasangan suami istri yang sudah lanjut usia memasuki rumah Alin dengan di dampingi Akmal. "Assalamu'alaikum....". Ucap Akmal yang sudah berdiri di depan pintu rumah itu. "Waalaikum salam...Ayo masuk sini Nak Akmal ajak orang tua kamu...".Ucap Ayah Alin yang sudah sejak tadi menunggu kedatangan mereka. "Gimana kabarnya hari ini Om...Tante....??". Sapa Akmal sembari menjabat tangan kedua orang tua Alin."Alhamdulillah baik. Ayo Silahkan duduk.....".Ucap Ayah Alin.Setelah melihat keadaan yang mulai tenang, Akmal pun mulai membuka pembicaraan dengan sedikit menghembuskan nafas panjang."Jadi gini Om...Tante, kedatangan kami ke sini ini untuk membicarakan pertunangan saya dan Alin.Karena sudah 6 tahun kami menjalin hubungan tapi hanya sebatas pacaran tanpa ada sebuah kejelasan tentang hubungan kami.karena itu saya mengajak orang tua saya kesini untuk membicarakan pertunangan saya dan Alin...". Ucap Akmal dengan sopan santun."Iya...Alin sudah memberitahukan kami kemarin.karena itu kami lansung mempersiapkan penyambutan kedatangan calon besan ya walau hanya dengan seadanya...". Ucap Ayah Alin dengan sedikit senyum tipis."Kalau masalah pertunangan, kami serahkan sepenuhnya pada Alin anak kami karena ini adalah kehidupan anak kami. Kalau anak kami setuju, kami pasti akan mendukung...".Lanjut Ayah Alin. "Jadi bagaimana Nak...? Apa kau terima permintaan pertunangan dari Akmal....?". Tanya Ayah Alin.

Sesaat suasana rumah itu begitu hening.Semua mata tertuju pada Alin yang duduk disebelah Ibunya.Jantung Akmal berdetak dengan begitu kencang tak karuan, ketegangan terlihat dari raut wajahnya. Dengan tatapan penuh harap Ia terus memandang wajah Alin yang masih menundukan kepalanya, entah apa yang difikirkan Alin saat itu tak ada satu pun dari mereka yang tahu. beberapa saat kemudian, Alin menghelai nafas panjang dan di tatapnya wajah Akmal dan seluruh orang-orang yang ada di sekitarnya pada saat itu. "Mas Akmal berserta Ayah dan Ibu Mas Akmal yang saya sangat hormati. Mungkin ini sudah saatnya saya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya saat ini. Agar penyesalan itu tidak akan ada dikemudian hari. Setelah itu saya menyerahkan sepenuhnya pada Mas Akmal apa masih mau bertunangan denganku atau tidak...". Ucap Alin. "Maksudnya....?".Tanya Akmal semakin bingung. Apa maksud kamu Nak...".Tanya Ayah Alin yang juga tidak kalah bingungnya. "Tunggu sebentar.....". Ucap Alin. Alin pun melangkah meninggalkan ruang tamu yang dipenuhi kegelisahan akan apa yang terjadi nantinya. beberapa saat kemudian Alin kembali duduk di tempat semula dengan membawa selembar kertas misterius. "Ini Mas....sebuah lembaran kertas yang akan memperjelas maksud saya tadi...."Sembari memberikan selembar kertas pada Akmal. "Apa maksudnya ini...?". Tanya Akmal. "Baca aja tulisan yang tercetak di kertas itu. Mas Akmal pasti akan mengerti...".Jawab Alin sambil memberikan senyum tipis.Tanpa berlama-lama lagi, Akmal lansung membaca kalimat demi kalimat yang tertulis di selembar kertas yang sudah dalam kenggamannya.

"Lin...mengapa kau tidak memberitahukan Aku sejak awal...". Tanya Akmal yang mulai larut dalam kesedihan. "Apa maksudnya semua  ini...". Tanya Ibu Akmal yang juga semakin bingung. Iya apa maksudnya ini Nak...?".Tanya Ibu Alin kembali. "Ayah, Ibu dan kedua orang  tua Mas Akmal yang saya sangat hormati. Kertas yang saat ini berada di tangan Mas Akmal adalah hasil kesimpulan dokter delapan bulan yang lalu. Sebuah kertas yang mejelaskan tentang penyakit yang saat ini saya rasakan...". "Maksud kamu Nak....?".Tanya Ayah Alin yang tiba-tiba memotong pembicaraan putrinya."Dikertas itu tertulis saya mengidap penyakit kanker rahim. Jika tidak secepatnya di operasi maka saya bisa saja saya akan meninggal dalam waktu cepat. Tapi jika saya di operasi, maka saya tidak akan bisa hamil lagi....".Lanjut Alin dengan deraian air mata yang mulai jatuh tak terhankan. "Ayah...Ibu....Alin minta maaf selama ini Alin menyembunyikan penyakit Alin pada Ayah dan Ibu. Alin lakukan semua itu, karena Alin tidak ingin membuat Ayah dan Ibu pusing karena keadaan Alin....".Ucap Alin dengan terseduh seduh."Sekarang Alin menyerahkan sepenuhnya kepada Mas Akmal dan keluarga Mas Akmal. Apa masing menginginkan seorang wanita mandul seperti Aku menjadi istri Mas Akmal dan menantu kalian....?!!". Ucap Alin. Kebisuan kembali melanda Akmal beserta Ayah dan ibunya. Bibir Akmal terasa kaku seakan tak bisa lagi bicara setelah megetahui maksud Alin yang sebenarnya."Maaf Pak Bram dan seluruh keluarga.untuk saat ini kami belum bisa memutuskan apa-apa. Kami harus melakukan rapat keluarga terlebih dahulu, karena masalah ini baru kami tahu nanti saat ini....". Ucap Ayah Akmal."Iya saya paham dengan kondisi Pak Suryo beserta keluarga.Seperti yang dikatakan putri saya tadi, kami menyerahakan sepenuhnya pada keluarga Pak Suryo.Kami juga meminta maaf atas kejadian hari ini. Semua ini jauh dari pemikiran saya dan istri saya....".Ucap Ayah Alin. "Okey kalau gitu kami harus pamit dulu....".Ucap Ayah Akmal. "Ayo Akmal kita pergi sekarang....".Ucap Ibu Akmal sembari menarik pergelangan tangan Akmal yang masih saja diam seribu bahasa. Beberapa saat kemudian, mobil yang digunakan Akmal beserta Ayah dan Ibunya meninggalkan rumah Alin lalu menghilang di ujung jalan. 

Dua hari kemudian......

Alin yang sedang duduk dan bercanda di taman kampus bersama Tina tiba-tiba dikegetkan oleh suara seseorang yang dari arah belakang mereka. "Alin bisa bicara sebentar.....?"."Oh Mas Bram...bisa kok.mau bicara disini atau dimana?". Tanya Alin setelah mengetahui pemilik suara tersebut."Disini aja. Aku juga tidak lama kok....". Ucap Akmal. "Jadi gini, Ayah dan Ibu Aku sudah memutuskan untuk membatalkan pertunangan kita. Bahkan Aku pun didesak oleh mereka untuk menyudahi hubungan diantara kita....". Lanjut Akmal. Alin hanya bisa diam mendengar kata demi kata yang dikeluarkan oleh Akmal dan matanya mulai berkaca-kaca."Aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi menentang kehendak orang tuaku. Saya harap Alin bisa mengerti dan bisa menerima keputasan Aku....".Ucap Akmal lagi."Iya Mas Aku mengerti dengan keadaan Mas Akmal. Aku juga tidak akan memaksa Mas Akmal untuk bertunangan denganku apalagi harus menikahiku...".Ucap Alin diiringi deraian air mata yang mulai tumpah, mengalir dan jatuh diujung dagunya."Saya ucapkan banyak terimah kasih kepada Mas Akmal yang sudah menemaniku selama ini. Saya yakin Mas Akmal pasti akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari Aku....". Lanjut Alin. "Makasih Lin...". Ucap Akmal. beberapa saat kemudain. Akmal berlalu meninggalkan Alin yang masih meretapi kesedihannya dengan ditemani Tina. "Yang sabar aja ya Lin....Aku yakin suatu hari nanti akan ada seorang laki-laki yang tulus mencintai kamu dengan segala kekurangan yang kamu miliki.....".Ucap Tina yang mencoba untuk menenangkan sahabatnya yang tengah tersandar dibahu kanannya sembari mengusap pungkung wanita itu.

Semenjak pertemuan Alin dan Akmal di taman kampus, Alin tidak pernah lagi berkomunikasi apalagi bertemu dengan Akmal laki-laki yang sebelumnya mengisi  hari-harinya dengan kebahagian dan keceriaan. Alin merasa kehilangan Akmal, tapi itu adalah kenyataan hidup yang harus terima, dimana dua laki-laki yang dicintainya pergi meniggalkannya. Namun Ia berusaha untuk tetap tegar dan optimis menjalani kehidupannya. Hari demi hari terus berganti, Keceriaannya pun mulai nampak kembali mengiringi perjalanannya menjadi seorang sarjana ekonomi yang telah menanti didepan mata, Ia pun terlihat lebih fokus pada apa yang Ia hadapi saat itu.

Empat bulan kemudian....

Hari itu, tepatnya pada tanggal 12 bulan Desember 2009.Suana keramaian terlihat dari berbagai sudut baruga kampus tempat Alin kuliah.Di dalam baruga itu sendiri tak kalah ramainya dengan suasana di luar.terlihat para Mahasiswa dan Mahasiswi mengenakan jubah hitam lengkap dengan toga yang menghiasi senyum-senyum kebahagian mereka bak kebahagian langit yang telah memancarkan kecerahannya dengan penuh keiklasan. Senyum-senyum kebahagian itu juga dirasakan oleh Alin dan Tina, moment yang penuh dengan sejarah dari hasil perjuangan mereka selama 4 tahun kini telah menanti mereka beberapa saat lagi. Alin dan tina pun mengmbil tempat duduk di bagian tengah deretan kursi-kursi dalam ruangan baruga itu. Tak beberapa lama kemudian suasana keheningan dan ketegangan melanda seisi ruangan itu. Semua mata tertuju pada sosok wanita yang akan membacakan nama mahasiswa terbaik. "Mahasiswa terbaik tahun ini diraih oleh Alin Puspitasari dari Fakultas Ekonomi.....".Ucap wanita itu dengan penuh semangat yang diringi oleh tepukan tangan dari semua orang. "Selamat ya Lin....".Ucap Tina yang duduk di sebelah kiri Alin. "Tina...Apa Aku mimpi...???". Tanya Alin yang seakan tidak percaya pada apa yang telah Ia dengar. "Tidak Lin...ini adalah kenyataan. Kau adalah mahasiswa terbaik tahun ini...".Ucap Tina sembari memeluk tubuh sahabatnya itu.Seketika itu, Alin bersujud sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik diselingi oleh deraian air mata kebahagiaan.Tiga jam berlalu dengan penuh keharuan dan senyum –senyum kebahagian pun masih tergambar dengan begitu jelas di wajah-wajah mereka. Alin dan Tina yang juga merasakan kebahagian yang sama pun tak habis-habisnya bersyukur kepada sang Khalik. Dengan berlahan, Alin dan Tina memacu langkah kaki mereka menigalkan ruangan dimana acara wisuda itu di lansungkan.

“Ayah…Ibu…”.Ucap Alin sembari mencium kedua tangan orang tuanya yang sudah sejak tadi meniggalkan ruangan. “Tante…Om….”.Ucap Tina yang juga berdiri di dekat Alin. “Selamat ya….sekarang kalian telah menjadi seorang sarjana….”. Ucap Ibunda Alin. “Ayah bangga pada kalian…!!!”. Ucap Ayah Alin. “Oh Iya, Kalau Ayah dan sudah mau balik, duluan aja. Aku sama Tina masih mau ketemu sama teman-teman dulu sebentar.  “Iya sayang…..tapi pulangnya jangan kelamaan. Apalagi sampai malam…”. Ucap Ibunda Alin. “Sampai ketemu di rumah….”.Ucap Ibunda Alin lagi. “Iya Ma…hati-hati di jalan….”. Ucap Alin. Ibu dan Ayah Alin pun meniggalkan Alin dan Tina yang masih berdiri di halaman depan Gedung Baruga kampus. Tak lama kemudian, satu demi satu tetesan hujan turun. Langit yang tadinya bergitu cerah kini telah di tutupi oleh awan hitam yang pertanda hujan deras akansiap mengguyur kota itu. Alin dan Tina seketika berlari mencari tempat untuk berlindung dari derasnya hujan yang akan jatuh dalam hitungan mundur sembari. Hanya beberapa saat setelah mereka berteduh, hujan pun seketika turun dengan sangat derasnya.

“Oh Iya Tina…Aku lupa, sebentar setelah shalat magrib kamu ke rumah Aku ya…? Soalnya Ayah dan Ibu ada buat acara syukuran sedikit….”. Ucap Alin. “Okei Boss yang penting ada acara makan-makannya….”.Ucap Tina semabari memberikan seyum tipis pada sahabatnya itu. “Kamu tuch kalau acara makan-makan cepat sekali jawabnya, heheheheee….!!!”. Ucap Alin yang diiringi oleh tawa kecil di antara mereka. Setelah menuggu beberapa lama  kemudian, akhirnya hujan yang turun dengan derasnya pun mulai menunjukan tanda-tanda akan berhenti, langit pun mulai berangsur-angsur cerah kembali. Namun secara tiba-tiba tatapan Alin tertuju pada sebuah pelangi yang terrlihat dengan begitu jelas mengiasi langit di tengah guyuran hujan walau tak sederas tadi.“Pelangi….di tengah hujan, Aku pikir aku tidak bias melihat kamu lagi. Apakah ini pertanda Aku harus memulai kehidupanku yang baru….” Ucap Alin dalam hatinya. “Lin….kamu sedang memikirkan apa sich…?”.Ucap Tina yang seketika menyadarkan Alin dari lamunan sesaatnya. “Ti…tidak kok…Aku dari tadi keasikan memandang pelangi itu…”.Ucap Alin dengan sedikit terbata-bata. “Oh….Asik memandang pelangi ya….?!! Atau lagi teringat seseorang sampai-sampai Aku bicara pun tidak di dengar…”. Ucap Tina. “Kamu ngomong apa sich….?”. Ucap Alin. “Ya Aku ngomong  tentang pelangi lah….!!”. Ucap Tina. “Kalau tidak salah ingat, ada seseorang yang pernah bilang ke Aku, katanya  kalau melihat pelangi di tengah hujan apa pu yang kamu minta pasti terkabul….”. Lanjut Tina. “Kamu lagi nyindir Aku ya..?!!”. Ucap Alin.”Siapa yang nyindir…kayak kurang kerjaan aja. Aku kan cuma mau bilang aja ke kamu, siapa tahu ada yang kamu inginkan dekat-dekat ini…!!”. Ucap Tina dengan tersenyum. “Apa ya Aku minta…sarjana sudah, kerjaan Insya Allah ada, jodoh aja dech kalau gitu…”. Ucap Tina. Tak lama kemudian, Tina diam sembari memejamkan mata, Alin yang berdiri tepat disebelah sahabatnya itu terus diam tanpa menunjukan ekspresi sedikit pun.Beberapa saat kemudian, secara berlahan Alin melangkahkan kedua kakinya keluar ke tempat yang terbuka, Seakan membiarkan seluruh tubuhnya dibasahi oleh tetesan-tetesan terakhir hujan.Sambil memajamkan mata dan merentangkan kedua tangannya kekiri dan ke kanan, Alin terus menikmati tetesan demi tetesan hujan.“Pelangi….hari ini adalah hari bahagia buatku. Tapi mengapa Aku merasa ada sesuatu yang kurang….”.Ucap Alin dalam hati.Alin menarik dan menghembuskan nafas panjangnya, seolah ada sesuatu yang sangat berat yang dipikirkannya. “Pelangi…pertemukan Aku dengan seoarng laki-laki yang mau menerimaku dengan segala kekurangan dan kelebihan yang Aku miliki….”.Ucap Alin dengan suara pelan.

“Saat ini…pelangi telah mengabulkan permintaanmu. Laki-laki yang mau menerima kamu dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kamu miliki telah berada di depan kamu…”. Ucap seoarng laki-laki yang bediri tepat di depan Alin. Suara yang tak asing ditelinga Alin seketika menyadarkannya dari lamunan sesaatnya.Dengan rasa penasaran, Alin berlahan membuka kedua matanyanya yang telah dibasahi oleh camburan air hujan dan air matanya. “Dimas…..kok kamu ada disini sich…?”.Tanya Alin dengan begitu terkejutnya setelah mengetahui sosok laki-laki yang berdiri tepat di depannya dengan jarak yang bergitu dekat dengannya. “Iya Lin….Tina sudah menceritakan semua yang terjadi sama kamu beberapa bulan yang lalu melalui telpon….”. Ucap Dimas. “Lin….Waktu aku pergi meniggalkan kota ini, bukannya Aku tidak mencitaimu lagi. Aku lakukan semua itu, karena Aku sangat sayang sama kamu. Aku tak ingin menghancurkan mimpimu bersama Akmal. …”. Lanjut Dimas. “Terus…kedatangan kamu kemari untuk apa…?”.Tanya Alin lagi. “Lin…Aku tahu, kamu belum bias lupakan Aku begitu pun juga Aku. Mungkin karena Aku terlalu sayang, sehingga Aku terlalu susah untuk melupakanmu….”. Ucap Dimas. “Lin….Aku ingin hidup bersamamu dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita miliki…..”.Ucap Dimas lagi.Alin hanya bisa memandang kedua mata Dimas dengan begitu dalam, tanpa bisa berkata apa-apa lagi. “Lin…Aku mencintaimu karena Aku tahu kau adalah wanita yang tidak sempurna, dan Aku ingin kau juga mencintaiku karena Aku juga bukan laki-laki yang sempurna…”.Ucap Dimas sembari memeluk tubuh Alin, tak lama kemudian Alin pun membalas pelukkan Dimas dengan begitu mesra. “Dimas….Aku tidak mau kehilanngan kamu lagi…”.Ucap Alin stengah berbisik. “Iya Lin…Aku janji tidak akan meninggalkan kamu lagi….”. Ucap Dimas. Dengan sambil tersenyum dalam pelukkan Dimas, Alin terus memandang pelangi itu yang berlahan-lahan mulai menghilang di kedua pelopak matanya.

The End…….!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews